Sabtu, 30 Mei 2015

FENOMENA DEPRESI



FENOMENA DEPRESI
            Depresi merupakan suatu perasaan sedih yang sangat mendalam yang terjadi setelah mengalami suatu peristiwa dramatis atau menyedihkan, misalnya seseorang yang disayangi. Seseorang bias jatuh dalam kondisi depresi jika ia terus menerus memikirkan kejadian pahit, menyakitkan, keterpurukan, dan peristiwa sedih yang menimpanya dalam waktu normal bagi kebanyakan orang.
            Depresi dapat terjadi pada siapapun, golangan manapun, keadaan social ekonomi apapun, serta pada usia berapapun. Tetapi umumnya depresi mulai timbul pada usia 20 sampai 40 tahun-an. Depresi biasanya berlangsung selama 6 sampai 9 bulan, dan sekitar 15-20% penderita bisa berlangsung sampai 2 tahun atau lebih. Episode depresi cenderung berulang sebanyak beberapa kali dalam kehidupan seseorang.
            Depresi dapat muncul dalam beberapa bentuk, antara lain:
1.      Depresi Situasional
Depresi situasinal adalah depresi yang terjadi setelah mengalami suatu peristiwa sedih yang berat/ traumatic, seperti kematian orang yang dicintai, di PHK, kehilangan mata pencaharian mendadak, bangkrut, dan sebagainya.
2.      Holiday Blues
Holiday blues adalah depresi yang terjadi ketika berlibur atau sedang merayakan suatu moment sedih, mengenang peristiwa masa lalu yang pahit, lalu timbul depresi. Depresi jenis ini biasanya bersifat sementara, begitu moment perasaan khususnya selesai, ia akan kembali pulih.
3.      Depresi Endogenous
Depresi endogenous adalah depresi tanpa penyebab yang pasti, tiba-tiba saja muncul tanpa diketahui pencetusnya.
4.      Depresi Vegetative
Depresi vegetative adalah membuat penderita cenderung menarik diri dari pergaulan, jarang bericara, tidak mau makan, tidak mau tidur. Yang dilakukan hanya melamun dan bingung.
5.      Depresi Agitative
Depresi agitative diketahui dari penderitanya yang sangat gelisah, cemas, meremas-remas tangannya serta banyak berbicara, hiper aktif, banyak berbicara, tidak bisa diam.
6.      Depresi Disritmik
Depresi jenis ini berhubungan dengan perubahan kepribadian yang nyata. Penderita tampak lusuh, muram, pesimis, tidak suka bercanda atau tidak mampu menikmati kesenangan. Ia berlaku pasif, menarik dari (introvert), curiga, suka mengkritik, dan sering menyesali dirinya sendiri. Pikiran penderita dipenuhi dengan kekurangan, kegagalan, dan hal-hal negative, bahkan menikmati kegagalannya.
Beberapa penderita mengeluhkan beberapa penyakit fisik, berupa sakit da nyeri, ketakutan akan musibah, atau takut menjadi gila. Penderita juga merasa bahwa mereka juga menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau memalukan (misalnya kanker atau penyakit menular seksual, aids/hiv) dan berfikir telah menularkannya kepada orang lain sehingga timbul rasa bersalah dan penyesalan mendalam.
7.      Depresi Psikotik
Sekitar 15% penderita terutama pada depresi berat, akan mengalami delusi (keyakinan yang salah terhadap sesuatu) atau halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang sesungguhnya tidak ada). Mereka yakin telah berbuat dosa atau kejahatan besar yang tidak dapat diampuni atau mendengar suara-suara yang menuduh mereka telah melakukan perbuatan asusila yang tidak senonoh atau suara-suara yang mengutuk mereka agar mati. Kadang penderita membayangkan melihat peti mati dan orang-orang yang sudah meninggal. Perasaan yang tidak aman dan tidak berharga bisa menyebabkan depresi yang sangat berat pada penderita yang yakin bahwa mereka diawasi dan dihukum.
PENYEBAB
            Ada banyak factor yang dapat menyebabkan seseorang cenderung menderita depresi, antara lain :
·         Factor bawaan/ genetic
·         Efek samping obat
·         Kepribadian tertutup (introvert)
·         Peristiwa emosional (terutama kehilangan sesuatu yang disayangi dan sangat berarti)
·         Akibat gangguan atau penyakit tubuh
·         Perubahan kadar hormone yang drastic
·         Penyebab lain yang belum diketahui.
Depresi bisa terjadi atau semakin memburuk dengan atau tanpa disertai stress karena masing-masing bisa berdiri sendiri, tidak saling terkait. Biasanya para wanita dua kali lebih murah mengalami depresi dibandingkan dengan pria. Kecendrungan ini belum diketahui dengan jelas apa penyebabnya, tetapi mungkin karena wanita cenderung hidup karna tergantung pada orang lain, terutama pada suaminya. Atau karena wanita cenderung memberikan respon terhadap kesengsaraan atau kesulitan hidup dengan cara menarik diri, menyendiri dan menyalahkan diri sendiri. Sebaliknya, pria yang mengalami kesulitan hidup cenderung menolak dan mengalihkannya ke kegiatan lain.
1.      Factor hormonal
Factor biologis yang paling besar pengaruhnya terhadap depresi yaitu factor hormonal. Perubahan kadar hormone pada wanita memegang peran penting, dimana perubahan tersebut mengakibatkan perubahan suasana hati secara dramatis, yang sulit ia kendalikan. Perubahan hormone dapat terjadi sesaat sebelum menstruasi (ketegang pre-mestruasi) dan setelah persalinan (depresi postpartum). Perubahan hormone juga dapat terjadi pada wanita pengguna pil KB. Kelainan fungsi tiroid sering terjadi pada wanita.
2.      Factor penyakit fisik
Depresi juga bisa terjadi karena atau bersamaan dengan sejumlah penyakit atau kelainan fisik. Penyakit fisik bisa menyebabkan depresi melalui dua cara yaitu langsung dan tidak langsung.
3.      Factor obat-obatan
Efek samping berbagai obat yang digunakan (yang digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi) bisa menyebabkan depresi.
Sejumlah kelainan jiwa juga bisa menyebabkan penderitanya mengalami depresi (penyakit kecemasa, skizofreni, dimensia stadium awal).
Beberapa zat atau obat-obatan yang mempunyai efek samping depresi antara lain :
·         Amfetamin
·         Obat anti psikosa
·         Beta bloker
·         Simetidin
·         Pil KB
·         Sikloserin
·         Indometasin
·         Air raksa
·         Metildopa
·         Reserpin
·         Talium
·         Vinblastin
·         Vinkristin
·         Narkotika
·         Alcohol
GEJALA
Gejala depresi muncul secara bertahap selama beberapa hari atau minggu. Penderita tampak tenang dan sedih atau mudah tersinggung dan cemas datang silih berganti, lama-lama gejala tersebut bertambah berat dan menetap. Gejala depresi yang paling serius adalah pemikiran tentang bunuh diri. Banyak penderita yang ingin mati atau merasa mereka sangat tidak berguna sehingga mereka sepantasnya mati.  Sebanyak 15% penderita menunjukkan perilaku bunuh diri. Rencana bunuh diri merupakan keadaan yang sangat berbahaya sehingga penderitanya harus dirawat dan diawasi secara ketat, sampai keinginannya untuk bunuh diri hilang.
Banyak penderita tidak dapat merasakan emosi sedih, gembira dan senang secara normal. Dari prespektifnya, dunia tampak semakin suram, tidak ada kehidupan, dan menjemukan. Berpikir, berbicara, dan kegiatan umum lainnya semakin jarang dilakukan dan akhirnya akan menghentikan seluruh aktifitasnya.
Pikirannya dipenuhi perasaan bersalah dan memiliki gagasan untuk menghancurkan dirinya sendiri, serta tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Mereka sering bimbang dan menarik diri, merasa tidak berdaya dan putus asa serta berpikir tentang kematian dan bunuh diri.
Penderita mengalami kesulitan tidur dan seringkali terbangun, terutama pada dini hari. Daerah dan kenikmatan seksualnya hilang. Nafsu makan nya yang buruk dan penurunan berat badan kadang menyebabkan penderitanya menjadi kurus, dan siklus menstruasinya terganggu atau terhenti. Pada sekitar 20% penderita, gejalanya lebih ringan tapi berlangsung secara bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Apabila depresinya ringan, penderita akan makan sangat banyak sehingga terjadi penambahan berat badan berlebihan, terjadi kegemukan.
KASUS
Sheyna, 13 tahun, memiliki orangtua yang overprotective dan sangat menuntut supaya Sheyna mengikuti apa saja perintah yang diberikan kepadanya.
Sheyna merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, dan hanya ia yang perempuan. Sheyna menganggap dirinya sangat bergantung pada orangtua, ditambah lagi orangtua memperlakukan Sheyna seperti anak kecil yang berusia di bawah usia dirinya.
Kedua kakak Sheyna sangat pembangkang bahkan kakak pertama Sheyna (18 tahun) pernah blak-blakan mengaku kepada orangtua mereka bahwa ia telah melakukan aktivitas seksual dengan teman di sekolah. Tentu saja, orangtua menjadi sangat marah, apalagi orangtua sangat strict terhadap isu-isu seksual. Bahkan, orangtua selalu membahas kepada Sheyna dan kedua kakak bahwa virginity itu harus dijaga hingga kelak menikah. Kondisi kakaknya ini berbanding terbalik dengan Sheyna yang sangat pasif dan penurut, serta menjadi satu-satunya anak yang dianggap “baik” oleh orangtuanya sehingga Sheyna dijuluki “Little Miss Perfect”.
Ada riwayat sakit mental di dalam keluarga Sheyna. Nenek kandung Sheyna dari pihak Ibu serta Bibi Sheyna dari pihak Ayah sama-sama menderita depresi.
Sheyna mengalami insomnia sejak ia berusia 10 tahun. Setiap malam ia mengalami kesulitan untuk tidur dan akhirnya mengganggu kegiatan belajar di sekolah. Nilai Sheyna sampai mengalami penurunan yang cukup parah, sehingga orangtua memutuskan supaya Sheyna menjalani home-schooling saja supaya Sheyna dapat mengatur waktu kapan untuk belajar. Perilaku insomnia ini dialami Sheyna pasca pertengkaran hebat di dalam keluarga, di mana kakak pertama Sheyna ternyata sampai menghamili temannya di sekolah. Pada saat itu, kondisi rumah sangat “panas”, Ayah dan Ibu selalu bertengkar setiap ada kesempatan di pagi-siang-sore-malam. Keadaan semakin memanas karena kakak pertama Sheyna sempat kabur dari rumah bersama teman yang ia hamili, sehingga memicu pertengkaran antara keluarga Sheyna dengan keluarga yang anaknya dihamili oleh kakak Sheyna tersebut. Kondisi tersebut berlangsung hingga kurang-lebih dua bulan dan sejak itu, Sheyna sulit sekali memejamkan mata seberapa pun dirinya mengantuk karena bayangan pertengkaran dan suasana memanas itu selalu menghantui Sheyna. Untuk pertama kalinya, di masa sebulan itu, Sheyna mengalami ledakan emosi yang tinggi.
Sejak saat itu, Sheyna juga semakin sering menyendiri di dalam kamar untuk menghindari pertengkaran. Bagi Sheyna, dia menjadi lebih rileks dengan berada di dalam kamar. Dia juga semakin bisa berpikir, mencari tahu, dan menganalisa segala hal yang ia senangi. Sheyna tertarik dengan politik dan memiliki pemikiran tersendiri tentang politik, misalnya ia percaya bahwa dirinya merupakan reinkarnasi dari seorang politikus Romawi di masa lalu.
Keluarga dan teman-teman Sheyna melihat Sheyna sebagai orang yang sangat rapi dan teroganisir. Sheyna senang menuliskan apapun ide-ide yang ia miliki dan menuliskan di buku diary, komputer, bahkan dinding kamarnya penuh dengan papernote yang ditempelkan secara berantakan dan berisi ide-idenya tersebut. Kebanyakan ide yang Sheyna tuliskan berisi tentang hal-hal yang selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan di dalam keluarganya, seperti tentang dorongan seksual dan tingkat spiritualitas. Aktivitas ini semakin menjadi-jadi saat ia merasakan gairah luar biasa untuk melakukan sesuatu.
Selama proses pertengkaran di dalam keluarganya, Sheyna sempat mengalami depresi dan depresi yang ia miliki semakin menjadi-jadi karena hingga saat ini Sheyna masih menderita insomnia. Sheyna juga menderita kesulitan untuk makan dan konsentrasi. Di puncak depresinya, Sheyna akhirnya beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Beruntung, Ibu selalu menemukan Sheyna tepat waktu sehingga Sheyna masih bisa diselamatkan.
ANALISIS
Sheyna menunjukkan simptom perilaku yang mengarah ke Bipolar I Disorder. Sheyna meyakini bahwa dirinya merupakan reinkarnasi dari politisi Romawi di masa lalu, yang menunjukkan simptop psikotis ada pada dirinya. Simptom psikotis sendiri hanya muncul pada Bipolar I Disorder. Sheyna juga menunjukkan perilaku mania dengan cara menuliskan semua ide-ide yang ia miliki di buku diary, komputer, bahkan papernote yang ditempel berantakan di dinding kamarnya. Ide-ide tersebut termasuk pula ide-ide yang sebenarnya selalu tabu untuk dibicarakan di dalam keluarga (tentang seksualitas dan spiritualitas). Perilaku ini jelas berbeda dengan kebiasaan Sheyna yang selalu rapi dan terorganisir. Kemunculan perilaku mania ini dibarengi pula dengan kemunculan perilaku depresi yang membuat Sheyna sampai beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri.
Pada kasus Sheyna, ditemukan bahwa ada riwayat genetis di dalam keluarga dekatnya yang memiliki gangguan depresi, yaitu Nenek kandung Sheyna dari pihak Ibu serta Bibi Sheyna dari pihak Ayah. Perlu ada pemeriksaan mendalam tentang apakah kasus Sheyna terkait dengan riwayat genetis di dalam keluarganya. Tetapi, kemungkinan itu tetap ada.
BD yang diderita Sheyna merupakan masalah yang perlu penanganan hingga seumur hidup karena tidak dapat dengan mudah ditentukan bahwa gejala mania dan depresi yang diderita Sheyna tidak akan lagi muncul di masa depan. Cara terbaik untuk memberikan treatment kepada Sheyna adalah dengan memberikan  pengobatan medis yang tepat serta menjalani psikoterapi. Misalnya, mengkombinasikan pemberian obat antipsychotic (seperti: Seroquel) dan mood-stabilizer (seperti: Lithium), ditambah psikoterapi (seperti: terapi regulasi emosi, anger management untuk membantu Sheyna dalam mengatasi mania dan depresi yang muncul di dirinya).
Daftar pustaka
Junaidi, iskandar. Anomali Jiwa. Andi Yogyakarta. Yogyakarta. 2012.
Kusumanto R. Iskandar Y. Depresi, Suatu Problema Diagnosa dan Terapi pada Praktek Umum. Yayasan Dharma Graha, Jakarta. 1981
erald C.Davison dkk. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta : Rajawali pers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar